Es Kutub Utara Benar-Benar Mencair!!
Mencairnya es di laut
Kutub Utara telah menyebabkan jalur yang mengelilingi daerah Barat Laut
dan Timur laut terbuka bersamaan, ini adalah pertama kalinya dalam
sejarah manusia dapat berlayar mengelilingi Kutub Utara.
Foto satelit daerah Kutub Utara yang
diumumkan baru-baru ini menunjukkan, es di kutub utara telah mencair
dan menyebabkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka
secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya ma-nusia dapat
berlayar mengelilingi kutub utara dengan tanpa hambatan sama sekali,
namun hal ini juga menunjukkan bahwa proses pemanasan global menjadi
lebih cepat daripada perkiraan.
Bongkahan es terakhir pun telah lenyap
Harian Independent Inggris dalam
artikelanya pada 31 Agustus lalu memberitakan, ilmuwan dari Universitas
Bremen Jerman telah mengumumkan sejumlah foto yang telah diambil dari
satelit milik NASA yang menunjukkan bahwa jalur Barat Laut pada akhir
pekan minggu lalu telah terbuka, sementara bongkahan es terakhir yang
menutupi jalur yang menembus Laut Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga
telah mencair beberapa hari setelahnya.
Ini adalah pertama kali-nya kedua jalur
pintas tersebut terbuka setelah 125.000 tahun lamanya, juga merupakan
salah satu fenomena pemanasan global paling mencengangkan yang muncul
di kutub utara selama 1 bulan terakhir ini. Seorang professor tentang
pakar lautan es dari Pusat Informasi Es dan Salju Amerika (NSIDC),
mengatakan, ini merupakan suatu "Kejadian besar bersejarah", dan
semakin lanjut membuktikan bahwa gunung es di kutub utara kemungkinan
telah memasuki "pusaran maut" yang tidak dapat diselamatkan lagi.
Pemanasan global semakin cepat, para ahli terkejut
Minggu lalu NSIDC pernah mengeluarkan
peringatan bahwa dalam beberapa minggu ke depan jumlah gunung es di
kutub utara kemungkinan akan menyusut bahkan lebih sedikit dari rekor
terendah tahun lalu. Ilmuwan asal Amerika, Moslowski, dalam laporan
yang dipublikasikan tahun ini meramalkan, dalam tempo 5 tahun musim
panas di kutub utara bakal tidak ada es sama sekali, selain itu
kecepatan mencairnya es kemungkinan juga akan bertambah cepat. Hal yang
memicu adanya argumen-argumen seperti ini adalah karena jumlah lapisan
es yang mencair di kutub utara telah mencapai skala yang seharusnya
baru akan terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Keuntungan transportasi laut, jarak tempuh pelayaran berkurang ribuan mil
Jalur Barat Laut kutub utara ini
melewati Canada, dan jalur Timur Laut melewati Rusia mengelilingi kutub
utara. Tahun 2005 jalur Timur Laut pernah sekali terbuka, waktu itu
jalur Barat Laut masih tetap tertutup, tahun lalu keadaannya terbalik,
dan sekarang kedua jalur itu terbuka bersamaan. Pihak yang paling
mendambakan terjadinya hal ini seharusnya adalah perusahaan pelayaran,
sebab dengan terbukanya kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak
tempuh pelayaran sebanyak ribuan mil. Terbukanya jalur pelayaran Timur
Laut ini telah memperpendek jarak pelayaran antara Jerman dan Jepang
sebanyak 4.000 mil, dan sudah ada perusahaan pelayaran yang
bersiap-siap untuk membuka jalur pelayaran Timur Laut tahun depan.
(Guan Shuping/lie/erabaru -
http://www.indonesiaindonesia.com/f/36410-es-kutub-utara-mencair/
Kutub Selatan Mencair, Bongkahan Es Raksasa Terdampar di Australia
Kurang lebih Seminggu yang lalu
Australia dikejutkan dengan terdamparnya gunung es berdiameter raksasa
di wilayah perairan Australia. Bongkahan es raksasa tersebut
diperkirakan berasal dari kutub selatan. Bagaimana bisa??
Kita mengetahui "Global Warming" memang
memberi pengaruh besar terhadap kehidupan dan bumi kita terlebih dalam
10 tahun terakhir. Tapi siapa yang menyangka kalau dampak besarnya
sudah bisa terlihat sangat jelas sekarang. Memang dalam beberapa tahun
terakhir sangat banyak dampak-dampak luar biasa dari Global Warming,
seperti meningkatnya suhu global secara drastis, cuaca dan iklim yang
semakin kacau dan sulit untuk diprediksi, El-nino yang semakin sulit
untuk diatasi, meningkatnya permukaan laut, dll.
Namun dampak terbesar yang baru saja
terjadi akhir-akhir ini adalah terdamparnya gunung es di perairan
Australia. Berikut keterangan yang saya kutip dari kompas.com
23 November 2009
Bongkahan es raksasa yang jumlahnya
ratusan bergerak dari Antartika menuju pulau-pulau di Selandia Baru.
Bongkahan es yang besarnya seperti stadion itu dikhawatirkan Pemerintah
Selandia Baru mengancam pelayaran. Hasil pemotretan satelit
menunjukkan, bongkahan besar es baru saja melewati kawasan pulau
Auckland dan menuju pulau utama South Island, sekitar 450 kilometer
arah timur laut.
"Peringatan berlaku bagi semua kapal di
kawasan itu agar waspada terhadap keberadaan bongkahan es," kata juru
bicara kelautan Selandia Baru, Ross Henderson, seperti dilaporkan AFP.
Keberadaan bongkahan es dalam kelompok besar itu disampaikan ahli
gletser dari Divisi Antartika Australia.
Mereka terus memantau pergerakan
bongkahan-bongkahan es tersebut. Menurut mereka, bongkahan es itu
merupakan bagian dari bongkahan raksasa yang Oktober lalu terlihat di
sekitar Pulau Macquarie, Australia.
Saat itu, dua bongkahan besar—yang
pertama selebar dua kilometer dan kedua sebesar stadion olimpiade
Beijing terpantau di sana. Sementara itu, yang terpantau menuju
Selandia Baru hari Senin lalu sudah terpecah-pecah dalam berbagai
ukuran.
Beberapa di antaranya memiliki lebar
200 meter. "Semua berasal dari satu bongkahan besar, yang mungkin
luasnya 30-an kilometer persegi di Antartika sana," kata salah satu
ahli gletser, Neal Young. Meningkatnya suhu global dan muka laut karena
pemanasan global dituding sebagai penyebabnya.
Setelah tiga tahun Menurut Neal Young,
bongkahan es dalam jumlah besar terakhir terlihat mengapung di dekat
Selandia Baru pada tahun 2006 lalu. Saat itu, hanya berjarak 25
kilometer dari garis pantai—kejadian pertama setelah tahun 1931.Ia
yakin akan semakin sering melihat kejadian serupa bila suhu global
terus meningkat.
Sejumlah ahli tidak yakin akan hal ini.
Berkurangnya luasan es Antartika di Kutub Selatan telah teridentifikasi
beberapa tahun terakhir. Namun, berkurangnya lapisan es di kawasan
Antartika timur dalam jumlah besar, selama tiga tahun terakhir, dinilai
para ahli sebagai "kejutan". Tidak seperti lapisan es di Antartika
barat, yang selama ini dikenal rentan dan tidak stabil, lapisan es di
Antartika timur dikenal sangat stabil.
Menurut kutipan diatas kutub selatan
mulai mencair dan bongkahan2 esnya memasuki kawasan Australia. Yang
membuat saya terkejut adalah Belum lama ini sebuah foto satelit
menangkap sebuah bongkahan dari pecahan gunung es di Antartika (Kutub
Selatan) telah hanyut hingga menuju perairan Australia sekitar
Macquarie Island di ikuti 100 potongan es kecil menuju arah Selandia
Baru.
Diperkirakan bongkahan es yang
ditandai lingkaran merah pada gambar diatas adalah bongkahan es yang
terdampar di perairan Australia baru-baru ini. Besarnya bongkahan
gunung es yang larut terbawa arus tersebut setara dengan 2 kali luas
Hongkong. Ukurannya inilah yang membuat saya terkejut, bayangkan 2x
ukuran Hongkong?!.
Seorang Ahli Gunung Es Glaciologist
Neal Young dikutip AFP mengatakan hal ini pernah terjadi dahulu kala,
namun saat ini siklus ini terjadi kembali. Hongkong Memiliki Luas 49 km
persegi, sedangkan bongkahan gunung es tersebut memiliki panjang hingga
19, 2 (hampir 20 km) dengan lebar 5 km.
Untuk lebih jelasnya lagi berikut saya berikan beberapa gambar yang bisa saya peroleh.
Gambar diatas adalah gambar bongkahan es raksasa yang baru2 ini terdampar di perairan Australia
Gambar diatas adalah bongkahan es tersebut yang diambil dari satelit
Semakin banyak es mencair
Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair
Walau terpencil dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para ilmuwan.
Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi, ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.
Tetapi bersamaan dengan besarnya
keinginan para ilmuwan untuk mempelajari daerah ini, makin meningkat
pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi mencair dengan tingkat
yang sangat cepat.
Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari Kutub Utara, yang menimpa es abadi.
Seperti diketahui, di Kutub Utara dan
Selatan terdapat dua jenis, yaitu es musiman, yang terbentuk saat musim
dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan tidak mencair sepanjang tahun.
Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis dalam es abadi.
Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan
antariksa NASA, yang menggunakan pantauan citra satelit untuk
menentukan seberapa banyak es abadi yang cair.
"Yang kami amati adalah penurunan
drastis es abadi dan luas penurunan bisa dikatakan sangat luas. Pada
tahun 2005 terjadi pengurangan hingga 14 persen atau wilayah seluas
Texas maupun Turki," tuturnya.
Pola lama menghilang
Diperkirakan es di kutub mencair dlam waktu 40 tahun
Sementara itu laju mencairnya es musiman di kawasan Artik juga semakin meningkat saja dalam satu dasa warsa terakhir ini.
Biasanya setiap musim gugur, dengan
arus dingin yang bergerak, maka daerah yang mencair biasanya beku
kembali. Tetapi pola seperti itu ternyata tidak terjadi lagi terjadi.
Es musiman yang hilang di musim panas semakin sedikit yang bisa membeku kembali di musim dingin berikutnya.
Dr. Mark Serreze, seorang ilmuwan
khusus yang mengawasi es lautan di Universitas Colorado, mengatakan
asumsinya adalah es Artik akan kembali muncul di musim dingin.
"Tetapi yang kita lihat sekarang adalah
musim dingin tidak mampu mengembalikan es yang sebelumnya hilang. Kami
melihat sendiri kejadian itu pada tahun 2006," tambahnya.
Pada Bulan November, menurut Dr. Mark
Serreze, kawasan Artik kehilangan 2 juta km2 persegi esnya dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.
"Ini menjelaskan kepada kita bahwa sistem yang selama ini ada ternyata tidak lagi mampu menyembuhkan diri," tuturnya.
Mengancam kehidupan
"Salah satu yang sangat
menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa
kapal dari Eropa ke Jepang" - Dr. David Vaughan
Para ilmuwan mengatakan peningkatan
suhu yang disebabkan oleh peningkatan C02, karbon dioksida, di atmosfir
bumi yang menjadi penyebabnya.
Bagaimanapun ada juga faktor-faktor
alam, seperti kencangnya angin yang membawa es Laut Artik ke lautan
yang temperaturnya lebih hangat.
Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan binatang laut di Kutub Utara.
Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri habitatnya dimusnahkan.
Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga
pemerintah Amerika Serikat akhirnya mau juga mengakui bahwa pemanasan
global yang menjadi penyebab semakin banyaknya es yang mencair di kutub.
Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.
Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat yang telah bertahan ribuan tahun.
Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman al bagi kehidupan mereka.
"Musim dingin menjadi lebih pendek,
kurang menggigit, dan salju cair lebih awal, sementara lapisan es lebih
tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan paus, yang menjadi cara
hidup kami selama seribu tahun lebih."
Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.
Kepentingan ekonomi
Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan
Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan umat manusia terhadap minyak.
Namun di sisi lain banyak yang melihat
melelehnya es di kawasan kutub sebagai kesempatan bagus untuk melakukan
eksplorasi minyak.
Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan ada di dasar Laut Artik.
Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.
Selain itu melelehnya gunng-gunung es
juga dianggap membuka jalur perkapalan baru, yang diyakini akan
memperbaiki perekonomian kawasan.
Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.
"Salah satu yang sangat menggoda adalah
jalur pelayaran laut Utara karena akan langsung membawa kapal dari
Eropa ke Jepang. Kalau itu terjadi maka akan menghemat uang dan waktu,"
katanya.
Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus memutar lewat Terusan Suez.
"Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak kalah besarnya dari pemanasan global ini."
40 tahun lagi?
Memang persoalan Artik pada akhirnya
bukan persoalan keilmuan saja, melainkan juga persoalan kepentingan
ekonomi dan teritorial dari beberapa negara seperti Kanada, Rusia,
Amerika Serikat, dan Norwegia.
Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.
Dan kedua daerah ini sangat vital dalam
menjaga agar planet tetap dingin karena es di kutub menjadi perisai
bumi dalam menangkis 90% sinar matahari yang menimpa bumi, dan
mengembalikannya ke angkasa luar.
Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.
Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.
Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.
Apakah manusia harus menunggu 40 tahun
lagi sebelum menyadari dampaknya bagi kehidupan di bumi? (Sumber:
http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/02/070216_globalwarming1.shtml)
Es Kutub Utara Mencair
Pertama kali terjadi setelah 125 ribu
tahun, akhirnya es kutub utara mencair, foto satelit daerah kutub utara
menunjukkan jalur Barat Laut dan Timur Laut di kutub utara terbuka
secara bersamaan minggu lalu, ini adalah pertama kalinya manusia dapat
berlayar mengelilingi kutub utara tanpa hambatan sama sekali, namun hal
ini berarti proses pemanasan global terjadi lebih cepat daripada yang
kita bayangkan.
Ilmuan dari universitas Bremen Jerman
mempublikasikan sejumlah foto yang diambil dari satelit milik NASA yang
menunjukkan jalur barat laut telah terbuka, sementara bongkahan es
terakhir yang selama ini menutupi jalur yang menembus laut
Laptev-Siberia mengarah ke Rusia juga telah mencair. Berita tentang hal
ini juga dimuat di harian Independent Inggris 31 Agustus yang lalu.
Para ilmuan asal Amerika memperkirakan
jika pemanasan global tetap terjadi maka dalam tempo 5 tahun musim
panas di Kutub utara bakal tidak ada es sama sekali!, perkiraan seperti
ini bisa muncul karena jumlah lapisan es yang telah mencair hingga saat
ini seharusnya baru akan terjadi pada tahun 2050 mendatang.
Pada tahun 2005 jalur Timur Laut pernah
sekali terbuka, tetapi jalur Barat Laut waktu itu tetap tertutup, dan
tahun 2006 keadaannya berbalik, tetapi pada tahun ini kedua jalur
tersebut terbuka secara bersamaan. Pihak yang paling mendambakan
terjadinya hal ini adalah perusahaan pelayaran, sebab dengan terbukanya
kedua jalur ini akan dapat memperpendek jarak tempuh pelayaran sebanyak
ribuan mil.
Terbukanya jalur ini memperpendek jarak
pelayaran antara Jerman dan Jepang sebanyak 4.000 mil dan sudah ada
perusahaan pelayaran yang bersiap-siap untuk membuka jalur pelayaran
melalui rute ini tahun depan.
Lebih dari 2 Triliun Ton Es Kutub Mencair
Getty Images/Uriel Sinai
Es di Greenland yang kian menyusut karena pemanasan global
LEBIH dari dua triliun ton es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair
sejak tahun 2003. Hasil pengukuran menggunakan data pengamatan satelit
GRACE milik NASA itu menunjukkan bukti terbaru dampak dari pemanasan
global.
"Antara Greenland, Antartika, dan Alaska, pencairan lapisan es
telah meningkatkan air laut setinggi seperlima inci dalam lima tahun
terakhir," kata Scott Luthcke, geofisikawan NASA.
Dari pengukuran tersebut, lebih dari setengahnya adalah es yang
sebelumnya ada di Greenland. Selama lima tahun, es yang mencair dari
Greenland tersebut mengalir ke Teluk Chesapeake dan mengalir ke laut
lepas. Bahkan menurut Luthcke, pencairan es di Greenland akan
berlangsung semakin cepat.
Mencairnya es di daratan sebenarnya tak berpengaruh langsung
terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia seperti mencairnya
lautan beku. Pada tahun 1990-an, pencairan es di Greenland tidak
menyebabkan peningkatan air laut yang berarti.
"Namun, saat ini Greenland turut meningkatkan setengah milimeter
tingkat air laut per tahun," kata ilmuwan es NASA Jay Zwally.
"Pencairan terus memburuk. Ini menunjukkan tanda yang kuat dari
pencairan dan amplifikasi. Tidak ada perbaikan yang terjadi," lanjut
Zwally.
Es di Kutub mencair dan runtuh: akibat pemanasan global.
Nah... sebelum terlambat, mari kita peduli
Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.
jangan biasakan menggunakan kendaraan saat bepergian dengan jaak yang dekat.
siapa
lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi
masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita
akan tumbuh.
let's start global cooling...(Sumber:
http://yukez.wordpress.com/2009/01/25/es-di-kutub-mencair-dan-runtuh-akibat-pemanasan-global/)
Video Es di Kutub Utara Mencair
Betapa Dahsyat Bila Kutub Es Mencair
Image NASA
Dampak efek rumah kaca yang menyebabkan
terjadinya pemanasan global bukan permainan kata untuk menakut-nakuti
manusia. Selain akan terjadi hujan asam, di hampir sebagian besar
belahan dunia, dampak paling buruk peristiwa memantulnya sinar matahari
sebelum sampai ke bumi, yaitu mencairnya dataran es di dua kutub.
Akibatnya jangan tanya. Gelombang pasang air laut akan segera menyapu
separuh daratan se jagad raya.
Peneliti di Badan Antariksa Nasional
Amerika Serikat, NASA dan National Snow and Ice Data Center di
Colorado, menipisnya lapisan es di Kutub Utara, melansir temuan yang
membuat kita was-was. Lapisan es di Kukub Utara yang tadinya setebal
680.400 kilometer persegi menyusut drastis 43 persen dibanding tahun
lalu. "Tahun lalu jumlah es dengan struktur bentukan kategori muda
berkisar 70 persen, saat ini telah mencapai 90 persen," kata peneliti
Ice Data Center, Walt Meier.
Padahal, masih menurut para peneliti
ahli, pada musim dingin bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer
persegi. Atau sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil
dibandingkan dengan kondisi rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara
pada tahun 1979 dengan tahun 2000.
Kondisi semacam itu, papar Meier dalam
makalahnya, menyebabkan air laut meninggi dan akan menyapu hampir
sebagian luas daratan pantai di belahan bumi. Bisa dibayangkan bila
ketebalan es tiga meter atau lebih yang berada di Kutub Utara tiba-tiba
mencair bersamaan akibat pemanasan global, berapa meter persegi luas
daratan terendam. "Kita tidak siap menghadapi hal-hal terburuk ketika
bencana itu datang pada musim panas tahun depan. Kita benar-benar dalam
situasi yang sangat genting saat ini," ujarnya.
Peringatan bernada mengancam dari para
ilmuwan itu bukanlah mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat
tentang proses melelehnya es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para
pemilik modal di negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu
penyebab utama melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan.
Mereka dituduh menjadi salah satu
pelaku perusakan ekosistem global yang mengakibatkan temperatur planet
bumi semakin bertambah panas setiap tahun. Mestinya, papar peneliti dan
sekaligus Manager Program Wilayah Kutub NASA Tom Wagner, mereka
menyadari fungsi bongkahan es di dua Kutub Utara-Selatan sebagai
pemantul sinar matahari dari Bumi.
"Mestinya mereka menyadari kalau
bongkahan daratan es, yang menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi
sebagai pemantul alami sinar matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair,
sinar matahari tidak akan terpantulkan kembali ke udara. Dengan
demikian panas matahari akan langsung terserap oleh lautan dan menambah
panas temperatur planet," tandas Tom.
Kecepatan melelehnya bongkahan es di
Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai
puluhan tahun, bongkahan "cadas es" yang kokoh di kutub ini telah
lenyap disapu panas. Cadas es yang dulunya merupakan tonggak
keperkasaan Kutub Selatan di ujung bumi wilayah Selatan tampaknya tidak
tahan terhadap gempuran sinar matahari. Tidak hanya itu, gletser di
daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan pun juga ikut-ikutan mencair
terimbas pemanasan global. Kondisi semacam, ujar peneliti kawasan kutub
dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan.
"Apalagi daerah Wordie Ice Shelf yang
rontok sejak tahun 1960-an, juga telah lenyap dari pandangan mata.
Selain itu ditemukan di bagian Utara "Larsen Ice Shelf" juga telah
raib. Sementara itu luas daratan es sekitar 8.300 kilo meter persegÃ,
kini mulai terpisah dari induknya "Larsen Shelf" sejak tahun 1986
lalu," tulis laporan ilmiah US Global Survey (USGS) dan British
Antartic Survey.
Keadaan mencemaskan itu tak urung
mengundang kecemasan kalangan pemerintah Amerika Serikat, Australia dan
Ingris sebagai negara industrialis perusak lingkungan terbesar dunia.
Menteri Dalam Negeri AS Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam
pertemuan kepala pemerintahan negara-negara maju di London baru-baru
ini, ia mengungkapkan kecemasannya mengenai pemanasan global.
"Berkurangnya gletser di dua kutub yang
sangat cepat, memperlihatkan ancaman nyata yang sedang dialami planet
kita. Kita tidak memperkirakan perubahan ekosistem global lebih cepat
dari yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak
yang jauh lebih besar, kita harus segera menghentikan efek rumah kaca,"
kata Ken Salazar.
Imbauan Ken Salazar, sebagai Menteri
Dalam Negeri AS, tentunya tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh
hari, peneliti gletser ternama dari US Global Survey (USGS) telah
mewanti-wanti tidak lama lagi gletser akan segera mencair dengan
kecepatan tak terpikirkan oleh manusia sebelumnya. "Kecepatan gletser
mencair akibat pemanasan global jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan
jauh lebih besar dari perhitungan kami," ujar Jane Ferrigno.
Itulah sebabnya dalam pertemuan para
pemimpin negara-negara maju dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan
emisi buangan yang dapat memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak
dilakukan, efek yang jauh lebih besar tentu akan melanda benua
Australia dan dataran lain di kawasan Asia. "Kalau ini terjadi,
Australia dan dataran lain negara-negara di kawasan Asia akan tersapu
air pasang laut yang sangat dahsyat," kata Mc Kahin peneliti senior
kawasan Antartika.
Laporan lain yang menguatkan efek
mencairnya lapisan es di dua kutub Utara-Selatan dalam waktu dekat
datang dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang
dilansir di jurnal Geophysical Letters. Para ahli yang tergabung dalam
NOAA memperkirakan es di Kutub Utara diperkirakan akan mencair
seluruhnya dalam waktu tidak terlalu lama lagi.
"Kalau tidak ada upaya pencegahan
pemanasan global, es di Kutub Utara dapat dipastikan akan meleleh lebih
cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tidak akan lama lagi
akan terjadi," ujar peneliti kepala Ekspedisi Kutub Utara Jane Ferrigno.
Dalam pertemuan UN Climate Panel
memproyeksikan temperatur atmosfer dunia akan naik 1,8 sampai 4,0
deratjat celsius akibat buangan gas rumah kaca. Bila hal ini dibiarkan
terus, ujar Jane Ferrigno, akibat yang lebih dahsyat akan terjadi
melibihi bencana badai Tsunami beberapa waktu lalu.
"Bila tidak dicegah, bisa jadi badai
Tsunami akan kalah dahsyat dengan efek yang ditumbulkan mencairnya
lapisan es di dua kutub. Selain banjir, kemarau menyengat dan gelombang
arus panas disertai badai akan menyapu dataran rendah di beberapa
belahan dunia. Sementara itu gletser dan lapisan es mencair, keadaan
itu dapat menaikkan seluruh permukaan air samudra dan merendam daerah
dataran rendah," tandasnya. Nah bagi berhati-hatilah. (Sumber:
http://www.tabloidkampus.com/detail.php?id=281&edisi=21)